Translate

Friday, December 28, 2012

Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Manusia Sebagai Makhluk Sosial

I.       MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia adalah makhluk social yang hidup bermasyarakat (zoon politicon). Keutuhan manusia akan tercapai apabila manusia sanggup menyelaraskan perannya sebagai makhluk ekonomi dan social. Sebagai makhluk sisoal (homo socialis), manusia tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi membutuhkan manusia lain dalam beberapa hal tertentu. Misalnya, dalam lingkungan manusia terkecil yaitu keluarga. Dalam keluarga, seorang bayi membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya agae dapat tumbuh dan berkembang secara baik dan sehat.

II.MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK EKONOMI
Adam Smith (1729-1790) yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Ekonomi Dunia, dalam bukunya An Inquiry into The Nature and Causes of the Wealth of Nation (1776), menyatakan bahwa manusia adalah homo economicus. Artinya manusia adalah makhluk ekonomi yang cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang tealh diperolehnya dan senantiasa berusaha terus menerus memenuhi kebutuhannya. Manusia selalu berusaha mengejar kemakmuran untuk dirinya sendiri. Para individu akan saling bersaing mengejar kepentingannya masing-masing. Paparan yang dikemukakan oleh Adam Smith tersebut merupakan konsep dasar bahwa manusia adalah homo economicus. Dalam kamus ekonomi (Collin, 1999:178), manusia atau seseorang yang selalu bertindak secara rasional dalam mencapai tujuannya dan kemudian mengambil keputusan yang konsisten dengan tujuan tersebut. Jika ia seorang produsen atau pengusaha yang mempunyai sifat manusia ekonomi, ia akan senantiasa berusaha untuk memaksimalkan keuntungan yang akan diperolehnya dengan cara menentukan harga jual dan jumlah produksi yang sesuai. Jika ia seoarang konsumen yang mempunyai sifat manusia ekonomi, ia akan senantiasa berusaha untuk memaksimalkan keguanaan dan kepuasannya dengna cara yang menentukan pembelian barangdan jasa menurut seleranya dengan harga yang murah.
Manusia yang bersifat makhluk ekonomi mempunyai dua ciri-ciri sebagai berikut
1.   Seseorang melakukan tindakan ekonomi atas dasar kepentingan sendiri, bukan karena factor lain.
2.   Seseorang melakukan tindakan ekonomi secara efisien. Tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangakan prinsip ekonomi, yaitu dengan mengeluarkan pengorabanan tertentu akan memperoleh hasil yang maksimal.

Perlu diingat, tidak semua tindakan ekonomi harus dilandasi oleh sifat ekonomi. Jika semuanya dilandasi sifat tersebut, akan menimbulkan budaya individualistis dan materialistis. Budaya individualistis dan materialistic jelas bertentangan dengan fungsi manusia sebagai makhluk social dan ekonomi. Oleh karena itu, selain menerapkan sifat manusia ekonomi, kalian juga harus memeperhatikan prinsip keadilan dan etika yang berlaku di masyarakat.
Dalam hal ini, manusia harus bekerja sama dengan manusia lain atau bertindak sebagai makhluk social dan ekonomi yang bermoral.
Faktor factor yang mempengaruhi keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan
A.Faktor Internal
Contoh : Sikap dan Gaya Hidup, Selera, Pendapatan, Intensitas Kebutuhan,
B.Faktor Eksternal
Contoh : Lingkungan dan Tempat Tinggal, Adat Istiadat, Kebijakan Pemerintah, Kebijakan Pemerintah, Keadaan Alam, Kemajuan Teknologi dan Kebudayaan
Tindakan.
Tindakan ekonomi adalah segala tindakan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa dilandasi oleh pertimbangan yang cermat dan rasional ekonomis. Dengan kata lain, tindakan ekonomi adalah segala tindakan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa dilandasi dengan prinsip ekonomi.

Motif Ekonomi dan Motif Non Ekonomi
Seperti kalian ketahui, kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi barang atau jasa. Alas an atau motif yang mendorong manusia melakukan tindakan ekonomi dibedakan sebagai berikut :
1.Motif untuk Mencapai Meningkatkan Kemakmuran
2.Motif untuk Memperoleh Kekuasaan
3.Motif untuk Memperoleh Penghargaan
4.Motif untuk Mendapatkan Keuntungan

Motif Non Ekonomi
Motif Non Ekonomi adalah keinginan yang tidak mendorong manusia melakukan tindakan ekonomi. Motif Non Ekonomi merupakan motif hidup manusia yang selalu menerima apa adanya dan senantiasa merasa puasn dengan apa yang sudah diperolehnya. Motif Non Ekonomi juga dapat diartikan sebagai alas an yang mendorong manusia bertindak bukan dalam konteks kegiatan ekonomi.

Ciri-ciri Prinsip Ekonomi :
1.Selalu Bersikap Hemat
2.Selalu Menentukan Skala Prioritas
3.Selalu Bertindak dengan Rasional dan Ekonomis
4.Selalu Bertindak dengan Prinsip Cost and Benefit

KETRAMPILAN BERBAHASA


KETRAMPILAN BERBAHASA


A.               KETRAMPILAN MENYIMAK
                 Ketrampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak
      manusia  bila dilihat dari proses pemerolehan bahas. Sebelum anak dapat berbicara , membaca,
      apalagi menulis , kegiatan menyimaklah yang pertama dilakukan dan berakhir pada kegiatan
      menulis.
                 Kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna mendengar , dan mendengarkan. Oleh karena itu ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman.
agar dapat diperoleh kesamaan konsep atau pengertian tentang ketiga konsep atau pengertian
tentang ketiga istilah tersebut akan diuraikan satu demi satu.
                 Mendengar merupakan salah satu kegiatan menangkap suara, atau bunyi tanpa
direncanakan oleh yang melakukan kegiatan tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono,1989), pendapat (Akhadiah1991/1992) dan pendapat (Tarigan 1990) dapat diartikan kegiatan mendengar itu mengandung faktor ketidaksengajaan. Suara yang didengar bisa
 berupa apa saja misal : suara deru mobil,bom, ban meletus dan sebagainya suara itu ada yang mempunyai arti ada yang tidak mempunyai arti. Mempunyai artipun belum tentu dipahami
atau dimengerti.
                 Mendaengarkan mempunyai unsur mendengar, karena itu orang mendengarkan menggunakan alat yang sama dengan mend engarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh(Moeliono,1989). Perbedaannya terdapat pada tingkat kesadaran seseorang
 melakukan kegiatan atau perbuatan tersebut. Mendengarkan  dilakukan dengan sengaja (Akhadiah1991/1992).
                 Menyimak memiliki makna yang lebih spesifik lagi bila di bandingkan dengan
merndengar dan mendengarkan. Mendengarkan dan menyimak memiliki kaitan makna dan sifatnya hierarkis. Kesamaannya terdapat pada alat yang digunakan sama yaitu indra pendengaran, sedang sasarannya  dapat sama yaitu bunyi bahasa.perbedaannya terletak pada (1) ada tidaknya unsur kesengajaan (2) ada tidaknya usaha untuk memahami atau menikmati, dan (3) menyimak telah
mengandung unsur mendengar dan mendengarkan bukan sebaliknya
B.   Menyimak Berita,Petunjuk, Dialog, Iklan dan Pidato
1. Menyimak berita  :   
    Mendengarkan berita yang dibacakan teman kita mendengarkan dengan seksama dan
    sebelumnya belum membaca berita tersebut setelah selesai dibacakan teman kita dapat
    menceritakan kembali maupun meringkas isi berita tersebut.

2. Menyimak Dialog :
    Menyimak dialog hampir sama dengan menyimak berita, kalau menyimak dialog 
    Adalah mendengarkan orang yang sedang berwawancara ataupun sedang bercakap – cakap
          kita juga belum mengetahui isi dari yang dipercakapkan, setelah selesai percakapan kita
          dapat menceritakan ataupun meringkas isi percakapan tadi.

3. Menyimak Iklan :
    Menyimak iklan pada hakekatnya sama dengan menyimak berita dan menyimak dialog.
    Menyimak iklan diharapkan bisa meningkatkan ketrampilan berbicara dan pemahaman
    struktur diharapkan bisa mengutarakan isi iklan, kejanggalan atau ketidaktepatan bahasa
    iklan tersebut.

4. Menyimak Petunjuk :
    Petunjuk biasanya berisi tentang prosedur atau cara melakukan sesuatu. Apabila petunjuk itu 
    dipatuhi hasilnya dapat seperti yang diharapkan.

5. Menyimak Pidato :
    Kegiatan pidato biasanya dijumpai dalam pertemuan resmi atau upacara.
    Yang menyampaikan biasanya : kepala Negara, menteri, gubenur, bupati ddan lain-lain.

B. KETRAMPILAN BERBICARA
1. Hakikat Berbicara :
    Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati )
    seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
    dapat dipahami orang lain (Depdikbud,1984/1985:7)
    kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan,
    swasta ,maupun pendidikan.

2. Perbedaan Ragam Lisan dan Ragam Tulis :
    Bahasa ragam lisan agak berbeda dengan ragam tulis., Ragam lisan atau ragam ujaran
    dimiliki oleh masyarakat bahasa, sedangkan ragam tulis yang lahir kemudian tidak mesti
     dimiliki masyarakat bahasa.Perbedaan ragam lisan dan ragam tulis ada dua macam. Pertama
     berhubungan dengan peristiwanya. Jika digunakan ragam tulis partisipan tidak saling
     berhadapan. Akibatnya bahasa yang digunakan harus lebih terang dan lebih jelas sebab
     berbagai sarana pendukung yang digungkan dalam bahasa lisan seperti isyarat , pandangan
     dan anggukan, tidak dapat digunakan. Maka dari itu ragam tulis lebih cermat.
                     Hal kebua yang membedakan ragam lisan dan tulis berkaitan dengan tinggi
     rendah, panjang pendek, dan intonasi kalimat. Semua itu tidak terlambang  dalam tata tulis
     maupun ejaan. Lain halnya dengan ragam lisan , penutur dapat memberikan tekanan atau
     memberikan jeda pada bagian tertentu agar maksud ujarannya dapat dipahami.

3Hubungan Berbicara dengan Ketrampilan Bahasa yang lain.
  Berbicara sebagai ketrampilan berbahasa berhubungan dengan ketrampilan berbahasa lain.
  Kemampuan berbicara berkembang pada kehidupan anak apabila didahului oleh
  ketrampilan menyimak.Ketrampilan  berbicara memanfaatkan  kosakata yang pada 
  umumnya diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Ketrampilan berbicara
 sering  dibantu dengan ketrampilan  menulis, baik dalam bentuk pembuatan
  out line maupun naska.      
                  Secara garis besar  hubungan itu dapat dikemukan berikut ini :
1.      Berbicara dan menyimak merupakan ketrampilan berbahasa yang bersifat langsung.
2.      Berbicara dipelajari melalui ketrampilan  menyimak.
3.      Peningkatan ketrampilan menyimak akan meningkatkan ketrampilan berbicara.
4.      Bunyi dan suara merupakan factor penting dalam ketrampilan  berbicara dan menyimak
5.      berbicara diperoleh sebelum pemerolehan ketrampilan membaca.
6.      Pembelajaran ketrampilan membaca pada tingkat lanjut akan membantu ketrampilan
Berbicara.
7.      Ketrampilan berbicara diperoleh sebelum pembelajaran ketrampilan menulis.
8.      Berbicara cenderung kurang terstruktur dibandingkan dengan menulis.
9.      Pembuatan catatan , bagan, dan sejenisnya dapat membantu ketrampilan berbicara
10.        Performansi menulis dan berbicara berbeda, meskipun keduanya sama-sama bersifat
         Produktif.

4.      Bentuk- bentuk Berbicara
Wilayah berbicara biasanya dibagi menjadi dua bidang, yaitu (1) berbicara terapan,
(2) pengetahuan dasar berbicara. Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan ilmu. Seni
Menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat dan yang menjadi
Perhatiannya antara lain :
1.      berbicara di muka umum
2.      diskusi kelompok
3.      debat, sedangkan berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan 
(1)          mekanisme berbicara dan mendengar
(2)          latihan dasar tentang ujaran suara
(3)      bunyi-bunyi bahasa, dan
                     (4)      patologi ujaran.
    Selain itu berbicara dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek antara :
(1)   arah pembicaraan, (2) tujuan pembicaraan dan (3) suasana.

4.      Pengajaran Berbicara
                     Dalam praktik biasanya, pembelajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh
   Murid berdiri di depan kelas untuk berbicara misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang
   lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu, sehingga pengajaran berbicara itu
   menarik.
                    Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran berbicara
   sebaiknya  pembelajaran berbicara mempunyai aspek komunikasi dua arah dan fungsional.
   Tugas guru adalah mengambangkan pembelajaran berbicara menjadi kelas dinamis, hidup,
    dan diminati oleh anak.
                    Pembicaraan yang baik memberi kesan kepada pendengar  bahwa orang yang
    itu menguasai masalah. Topik pembicaraan  sangat menentukan berhasil tidaknya suata
    kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara acap kali ditopang dengan persiapan tertulis.
                    Pengajaran berbicara perlu memperhatikan dua factor yang mendukung  kea rah
    Tercapainya pembicaraan yang efektif, yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan.

B. Bercerita, Berdialog, Berpidato/Berceramah, Berdiskusi  
  1. Bercerita
      Untuk menjadi pencerita yang baik dibutuhkan persiapan dan latihan.
      Persyaratan yang perlu diperhatikan antara lain (1) penguasaan dan penghayatan ceritera
      (2) penyelarasan dengan kondisi dan situasi (3) pemilihan dan penyusunan kalimat
     (4) pengekpresian yang alami (5) keberanian.
     Nadeak (1987) mengemukakan beberapa petunjuk yang berkaitan aspek lisan dan tulisan.
     Petunjuk tersebut mencakup 18 hal yaitu (1) memilih cerita yang tepat (2) mengetahui
     cerita (3) merasakan cerita (4) menguasdai kerangka cerita (5) menyelaraskan cerita ,
     gaya  yang diperlukan (6) pemilihan pokok cerita yang tepat dan kena.dan sebagainya

    2. Berdialog
                               Berdialog diartikan kegiatan berbicara dua arah. Berbicara, bertanya jawab,
        menanggapi mitra bicara.
                               Dialog ataupercakapan akan berjalan baik , lancer dan mengasyikkan
        manakala partisipan saling memperhatikan
                              Bahasa dalam berdialog biasanya pendek-pendek.. Dalam pengajaran bahasa
        di sekolah , terutama sekolah dasar dialog perlu diberikan agar mereka dapat bergaul di
        tengah masyarakat.

    3. Berpidato/Berceramah
                             Pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal
        di hadapan massa.
                            Pidato dapat dijumpai dalam berbagai pertemuan . Pidato/ceramah
        memiliki  peran yang  sangat penting.

     4. Berdiskusi 
                         Diskusi atau bertukar pikiran merupakan salah satu bentuk berbicara
      dalam kelompok yang banyak digunakan masyarakat. Penerapannya dapat ditemukan
      dalam berbagaikegiatan, misalnya rembug desa, musyawarah, rapat, belajar kelompok,
      diskusi kelompok dan sebagainya.
                        Diskusi adalah proses penglibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi
      secara verbal dan tatap muka. Dalam menyampaikan persetujuan maupun penolakan
      terhadap suatu pendapat seharusnya dilandasi alasan yang masuk akal.
                       Diskusi hendaklah didasarkan pada obyektivitas dan kemaslahatan bersama.
     Pengambilan keputusan dilakukan pada saat yang tepat, artinya apabila sudah banyak
     Persamaan pendapat moderator segera mengambil kesimpulan. Keterlambatan dalam 
     menyimpulkan pendapat dapat mengakibatkan diskusi menjadi berlarut-larut.
      

Wednesday, December 26, 2012

DIABETES MELITUS


DIABETES MELITUS

1. Definisi
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Jenis Diabetes Melitus dikelompokkan menurut sifatnya :
  • Diabetes mellitus tergantung insulin
  • Diabetes mellitus tidak tergantung insulin, terdiri penderita gemuk dan kurus
Diabetes melitus yang terkait keadaan atau gejala tertentu seperti penyakit pankreas, penyakit hormonal, obat-obatan / bahan kimia, kelainan insulin / reseptornya, sindrom genetik dll.

2. Faktor Penyebab Diabetes melittus
Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui

3. Type Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik.
Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot.
Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas.Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel.
Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan pelbagai komplikasi.

4.  Gejala Penderita Diabetes Mellitus
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu:
  • banyak minum,
  • banyak kencing,
  • berat badan turun.
Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga merasa ingin makan terus. Berat badan yang pada awalnya terus melejit naik lalu tiba-tiba turun terus tanpa diet. Tetangga saya ibu Ida juga tak pernah menyadari kalau menderita diabet ketika badannya yang gemuk tiba-tiba terus menyusut tanpa dikehendaki. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan.
Gejala:
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium.
Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain :
  • Rasa haus
  • Banyak kencing
  • Berat badan turun
  • Rasa lapar
  • Kesemutan
  • Mata kabur
  • Kulit Kering
  • Gairah sex lemah
Komplikasi:
  • Penglihatan kabur
  • Penyakit jantung
  • Penyakit ginjalPembusukan
  • Gairah sex menurun
Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Maka bagi penderita diabet jangan sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bisa  berakibat pada gangguan pembuluh darah a.l.
  • gangguan pembuluh darah otak (stroke),
  • pembuluh darah mata (gangguan penglihatan),
  • pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
  • pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
  • pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.
Kardiopati diabetik
Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis /penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin.. Yang pertama sebenarnya pola makan malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-buahan.

5.  Pengobatan dan Perawatan
Pengobatan Diabetes milittus yang secara langsung terhadap kerusakan pulau-pulau Langerhans di pankreas belum ada. Oleh karena itu pengobatan untuk penderita DM berupa kegiatan pengelolaan dengan tujuan :
  • Menghilangkan keluhan dan gejala akibat defisiensi insulin ( gejala DM )
  • Mencegah komplikasi kronis yang dapat menyerang pembuluh darah, jantung, ginjal, mata, syaraf, kulit, kaki dsb.
CARA DIET BERDASARKAN GOLONGAN DARAH

Golongan darah berkaitan erat dengan makanan yang kita konsumsi. Menurut dr. Peter Dadamo, penulis buku Eat Right For Your Type, akan terjadi reaksi kimia antara darah dengan makanan yang Anda makan. Reaksi ini merupakan bagian dari warisan genetik Anda. Reaksi ini dipicu oleh adanya lectin. Sebagian besar lectin yang terdapat pada makanan tidak membahayakan bagi kehidupan, namun tetap bisa menimbulkan berbagai masalah, khususnya jika lectin tersebut khusus untuk jenis darah tertentu. Anda bisa mengatasi ini dengan menyesuaikan golongan darah dengan makanan yang Anda makan. Diet sesuai golongan darah bisa mengembalikan ritme alami tubuh Anda. Anda bisa mengikuti diet yang telah secara ilmiah disusun sesuai dengan profil seluler tubuh Anda. Setiap kelompok makanan dibagi menjadi 3 kategori yaitu, makanan yang sangat bermanfaat (makanan yang berperan sebagai obat), makanan yang diijinkan (makanan yang tidak membahayakan bagi jenis golongan darah), dan makanan yang harus dihindari (makanan yang bertindak sebagai racun). 

Golongan Darah O
Golongan darah O merupakan golongan darah paling kuno dalam sejarah manusia. Gen untuk golongan darah O berkembang pada suatu titik ketika peradaban manusia beralih dari hidup berburu dan berpindah-pindah ke komunitas agraris yang menetap di suatu tempat. Tingkah Laku : Berenergi & tidak mudah putus asa Masalah yang dihadapi : Kencing manis, masalah usus dan pencernaan, peredaran darah kurang baik, sakit pinggang danbelakang, kegemukan, kadar kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, kadar asam urat tinggi, penyakit kanker, gout,penyakit jantung, penyumbatan arteri. Diet : Makanan tinggi protein & kurangi karbohidrat Makanan yang sangat bermanfaat : Brokoli, ubi, waluh, selada, ganggang laut, lobak china, bluberi, ceri, jambu biji, bumbu kari, kacang polong, kacang merah, semua jenis bawang, rumput laut, jahe, kailan, kunyit, Daging ( sapi, kerbau, rusa, domba, anak sapi ) Makanan yang diijinkan : Ikan mas, belut, lobster, ikan tuna, ikan sardine, udang, telur (ayam, bebek), mentega, kacang ( hitam, merah, buncis, kedelai ), tempe, tahu, susu kedelai, bubur gandum, beras, kue beras, roti beras, tepung gandum, terung, tomat, labu, Daging ( ayam, bebek, kambing, angsa, kalkun, kelinci ) Makanan yang harus dihindari : Daging babi, cumi-cumi, sotong, kerang, kodok, gurita, telur (angsa, puyuh), es krim, keju, susu sapi, yoghurt(semua jenis), minyak kelapa, penyu, minyak jagung, jagung, bunga brokoli, kacang tanah, kacang mede, kuaci, laichi, kentang, mentimun, kembang kol, jamur, blewah, jeruk mandarin, pisang raja, pare, anggur putih, kecap, kopi, minuman keras. 

Golongan Darah A
Golongan darah A merupakan manusia pertama yang menjalankan aktifitas pertanian karena nenek moyang sudah tinggal menetap dan tidak lagi suka berperang. Tingkah Laku : Bertanggung jawab & romantis Masalah yang dihadapi : Hilang kesabaran diri atau cepat marah, rembesan sebum berlebihan, penyakit jantung dan masalah saluran darah, kanker dan ulser, gaster, kegemukkan. Diet : Makanan berkarbohidrat tinggi & kurangi lemak Makanan yang sangat bermanfaat : Bayam, brokoli, wortel, jamur ikan mas, kacang tanah, kacang buncis, kacang/ susu kedelai, tahu, tempe, tepung beras, bluberi, minyak zaitun, ikan mas, ikan sardine, (Siput, jus nanas, mangga, pisang, jeruk limau & sitrun). Makanan yang diijinkan : Ikan tuna, telur ayam & bebek, telur puyuh, biji wijen, biji bunga matahari, kacang ercis / kapri, jagung, tapioka, roti gandum, labu, bawang merah, mentimun, talas, anggur (semua jenis), melon, blewah, pir, delima, kiwi, kurma, strowberi, kesemek, jambu biji, Daging (ayam, burung unta, belibis kalkun,burung dara) Makanan yang harus dihindari : Daging (sapi, kerbau, domba, bebek, angsa, kelinci, ayam hutan), lobster, gurita, kepiting, belut, kodok, udang, cumi- cumi, mentega, susu sapi, keju, es krim, susu, murni, acar, terung, tomat, ubi, kentang, jeruk, kelapa/ santan, melon madu, pisang (raja), pepaya, pare, air soda. 

Golongan Darah B
Kunci golongan darah B adalah keseimbangan. Orang bergolongan darah B tumbuh dan berkembang baik melalui apa yang telah disediakan oleh dunia hewan dan tumbuhan. Artinya golongan darah B menunjukan kemampuan yang canggih dalam perjalanan evolusinya. Tingkah Laku : Adaptasi & analitika Masalah yang dihadapi : Kerusakan system syaraf, kesulitan untuk tidur berkualitas, sakit kepala dan migren, penyakit hati dan saluran empedu, masalah haid, sakit tulang belakang, kegemukkan, penyakit jantung. Diet : Susu & produk susu Makanan yang sangat bermanfaat : Ikan laut, susu sapi, keju, buburgandum, roti essene, kue beras, brokoli, ubi, wortel, kembang kol, terung, teh hijau, Daging (kambing, domba, kelinci, rusa) Makanan yang diijinkan : Cumi-cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah, kacang buncis, tepung beras, roti beras, bayam, brokoli, selada, mentimun, labu, kentang, sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji, Daging (sapi, kerbau, kalkun, hati anak sapi) Makanan yang harus dihindari : Daging (bebek, ayam, angsa, belibis, babi, kuda, keong, kepiting, siput, belut, kodok, gurita, lobster, es krim, telur (bebek, angsa, puyuh), kacang tanah,roti gandum,tomat, waluh, jagung, avokad, pare, delima, kelapa/ santan, kesemek, belimbing, pir, air soda, minuman beralkohol. 

Golongan Darah AB
Golongan darah AB merupakan golongan darah yang paling modern dan berusia kurang dari 1.000 tahun, jarang (5 % dari jumlah populasi), dan bersifat kompleks secara biologis. Karena anda membawa anti gen A dan B. Tingkah Laku : Cerdik & penyabar Masalah yang dihadapi : Perut kembung sakit jantung dan masalah saluran darah, kanker, kegemukkan, kesulitan tidur berkualitas, sakit sendi dan tulang. Diet : Dapat menyesuaikan diri dengan berbagai jenis makanan Makanan yang sangat bermanfaat : Ikan sardin, ikan tuna, susu kambing, putih telur (ayam), keju ricotta, krim asam (rendah kalori), the hijau, anggur merah, Daging (domba, kelinci, kalkun), Makanan yang diijinkan : Cumi-cumi, ikan mas, ikan tuna, mentega, keju, telur ayam, kacang merah, kacang buncis, tepung beras, roti beras, bayam, brokoli, selada, mentimun, labu, kentang, sawi, mangga, melon, jeruk, pir, kurma, jambu biji, Daging burung unta, Makanan yang harus dihindari : Daging (sapi, kerbau, ayam, bebek, angsa, babi, rusa kuda), lobster, kepiting, kodok, mentega, es krim, telor bebek, kacang hitam, acar, jagung, belimbing, delima, pare, pisang, kelapa, kesemek, jambu biji, mangga, saus tomat, kopi, soda, minuman beralkohol.

Sunday, December 16, 2012

IMAN KEPADA ALLAH


IMAN KEPADA ALLAH

Pengertian
Iman menurut bahasa berarti percaya. Iman kepada Allah berarti mempercayai dan menyakini Allah. Sedangkan iman menurut istilah adalah mengucapkan dengan lisan, menyakini dalam hati dan mengamalkannya dalam perbuatan seperti yang disampaikan
oleh Rasullah Muhammad SAW.
Kita beriman kepada Allah tidak hanya mengucapkan dalam lisan saja, melainkan harus diyakini dalam hati dan diamalkan dengan anggota badan berupa amal perbuatan. Karena itu kita beriman membawa konsekuensi melaksanakan perintah-Nya dengan
 menjauhi larangan-Nya.
Iman yang ada dalam hati kita harus dipupuk sehingga tumbuh subur dan semakin kuat. Jangan sampai iman lenyap dari hati sanubari kita, karena orang yang tidak beriman
akan tersesat dan akhirnya dicampakkan keneraka.
Mentaati dan Menjalankan Perintah Allah
Sesungguhnya keimanan yang tinggi serta ibadah tasbih dan dzikir kepada Allah saja tidak cukup. Tapi masih harus disertai dengan ketaatan dan menjalankan perintah Allah. Jika kita tidak taat dan tidak mau menjalankan perintah Allah, maka kita termasuk golongan orang yang kafir.
Sebagai contoh: Iblis. Keimanan Iblis sangat tinggi. Dia sangat yakin akan keberadaan dan keesaan Allah karena dia pernah berdialog langsung dengan Allah. Dia juga rajin bertasbih dan berdzikir kepada Allah bersama kumpulan para Malaikat. Namun karena dia tidak mau menjalankan satu perintah Allah, yaitu sujud kepada Adam, maka Iblis menjadi orang yang kafir dan dikutuk oleh Allah:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” [Al Baqarah:34]
Keengganan Iblis menjalankan perintah Allah karena dalam diri Iblis ada kesombongan. Dia merasa lebih baik daripada Adam:

“Berkata Iblis: “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk
Allah berfirman: “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”.” [Al Hijr:33-35]


Akibatnya Iblis menjadi makhluk yang terkutuk.
Jika Iblis yang hanya menolak satu perintah Allah saja menjadi kafir dan terkutuk, berapa banyak ummat Islam yang menolak mentaati banyak perintah Allah dengan sengaja dan berusaha menghalangi ummat Islam lainnya menjalankan perintah/hukum Allah?
Dalam surat Al Maa-idah kita diperintahkan untuk menjalankan hukum Allah yang ada di kitab Sucinya seperti Qishash:
Al Maa-idah:

[5.44] Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
[5.45] Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zhalim.

Mengapa orang-orang Yahudi dimurkai Allah? Karena mereka tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah.
Ummat Nasrani juga dinyatakan sesat dalam surat Al Fatihah karena mereka tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah:

”Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” [Al Maa-idah:46-47]
Kemudian ketika Allah menurunkan Al Qur’an, adakah kita akan memutuskan perkara menurut Al Qur’an, atau kita mengikuti hawa nafsu manusia?
Ada yang tertarik dengan ideologi Komunis/Sosialis kemudian membuat paham ”Islam Kiri.” Padahal Islam sebagai agama yang sempurna sudah mengajarkan kita untuk membantu dan menolong fakir miskin tanpa membatasi kemampuan seseorang untuk bekerja atau berproduksi. Meski Komunisme telah gagal di Uni Soviet di mana mayoritas rakyat tetap miskin dan sering antre makanan sementara para pejabatnya justru hidup mewah di dacha-dacha mereka, namun tetap ada sebagian ummat Islam yang mengikuti paham Komunis/Sosialis.
Ada lagi yang tertarik dengan paham Liberalisme/Kapitalisme Amerika Serikat hingga akhirnya melabeli Islam dengan ”Liberal” menjadi Islam Liberal. Padahal paham Liberal/Kapitalisme akhirnya mengakibatkan para pemilik modal meraup untung sebesar-besarnya dan menindas buruh/karyawan mereka dengan menekan upah mereka sekecil mungkin. Para pemilik uang juga dengan bebas mengambil kekayaan alam negara-negara di seluruh dunia seperti minyak, gas, emas, tembaga, dan sebagainya untuk sebesar-besarnya masuk ke kantong pribadi mereka.
Padahal dalam Al Qur’an kita dilarang untuk mengikuti hawa nafsu manusia:
”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,
dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.” [Al Maa-idah:48-49]
Hukum manakah yang lebih baik? Hukum buatan Allah atau buatan makluk Allah yaitu Manusia? Iblis terkutuk karena merasa lebih baik daripada Adam. Adakah kita merasa bahwa hukum buatan manusia lebih baik daripada hukum Allah?

„Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” [Al Maa-idah:50]

Agar ummat Islam dapat menjalankan Hukum Allah, Allah melarang orang-orang yang beriman mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk menjadi pemimpin. Ini masuk akal. Siapa sih di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mau menjalankan Hukum Allah? Siapa di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mau menjalankan Syariat Islam atau berjuang untuk mendirikan Negara Islam? Tidak ada bukan? Justru mereka berusaha menghalangi penegakkan syariat Islam atau pendirian Negara Islam sekuat mungkin. Mereka hanya boleh jadi pemimpin kelompok mereka sendiri:

„Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” [Al Maa-idah:51]

Ummat Islam meski mayoritas saat ini tidak bisa menjalankan hukum Allah. Para penentang hukum Allah berpendapat bahwa negara kita inikan majemuk/plural. Jadi tidak bisa hukum Islam dijalankan. Padahal zaman Nabi orang-orang kafir, Yahudi, dan Nasrani juga sudah ada. Toh mereka tetap bisa menjalankan hukum Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.
Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: “Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?” Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.” [Al Maa-idah:52-53]
Karena itulah Allah memerintahkan ummat Islam untuk bersatu dengan orang-orang yang beriman. Karena hanya mereka inilah yang mau menjalankan hukum Allah:
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” [Al Maa-idah:54-56]
Ada pun orang-orang yang mengejek Islam dengan berbagai perkataan jelek seperti ekstrim, teroris, kuno, dan sebagainya, haram bagi kita untuk mengangkatnya sebagai pemimpin:

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.” [Al Maa-idah:57]

Sekali lagi ummat Islam hendaknya tidak berpuas diri. Shalat, puasa, zakat, haji, serta zikir saja tidak cukup. Tapi kita harus menjalankan semua perintah Allah karena ini adalah perwujudan dari rukun Islam pertama, yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Syahadah tersebut bukan hanya sekedar di bibir saja, tapi mensyaratkan ketaatan kita pada segala perintah Allah sebagai Tuhan kita dan Muhammad SAW sebagai utusan Allah. Kita tidak bisa beriman kepada sebagian ayat dan kafir pada sebagian ayat lainnya karena menganggap ada ayat Al Qur’an yang sudah tidak relevan lagi dengan zaman sekarang:

”Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.” [Al Baqarah:85]


Iman Kepada Allah (Tauhid dan Tanzih)

1. Dalil-Dalil Tentang Iman Kepada Allah 
Firman Allah SWT:

Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad SAW), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat jauh tersesat. QS. an-Nisaa' (4): 136.

Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. QS. al-Baqarah (2): 163.

Allah itu tunggal, tidak ada Tuhan selain Dia, yang hidup tidak berkehendak kepada selain-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Bukankah tidak ada orang yang memberikan syafaat di hadapan-Nya jika tidak dengan seizin-Nya? Ia mengetahui apa yang di hadapan manusia dan apa yang di belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sedikit jua pun tentang ilmu-Nya, kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Pengetahuannya meliputi langit dan bumi. Memelihara kedua makhluk itu tidak berat bagi-Nya. Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. QS. al-Baqarah (2): 255.

Dialah Allah, Tuhan Yang Tunggal, yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui perkara yang tersembunyi (gaib) dan yang terang Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dialah Allah, tidak tidak ada Tuhan selain Dia, Raja Yang Maha Suci, yang sejahtera yang memelihara, yang Maha Kuasa. Yang Maha Mulia, Yang Jabbar,lagi yang Maha besar, maha Suci Allah dari segala sesuatu yang mereka perserikatkan dengannya. Dialah Allah yang menjadikan, yang menciptakan, yang memberi rupa, yang mempunyai nama-nama yang indah dan baik. Semua isi langit mengaku kesucian-Nya. Dialah Allah Yang Maha keras tuntutan-Nya, lagi Maha Bijaksana. QS. al-Hasyr (59): 22-24
Dalam Surat Al-Ikhlash, yang mempunyai arti:
"Katakanlah olehmu (hai Muhammad): Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia." QS. al-Ikhlash (112): 1-4.
Sabda RasululIah SAW:

Katakanlah olehmu (wahai Sufyan, jika kamu benar-benar hendak memeluk Islam): Saya telah beriman akan Allah; kemudian berlaku luruslah kamu. (HR. Taisirul Wushul, 1: 18).

Manusia yang paling bahagia memperoleh syafaat-Ku di hari kiamat, ialah: orang yang mengucapkan kalimat La ilaha illallah. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12).

Barangsiapa mati tidak memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk surga. Dan barangsiapa mati tengah memperserikatkan Allah dengan sesuatu, pasti masuk neraka. (HR. Muslim, Taisirul Wushul, 1: 12.

2. Pengertian Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah ialah:
1.      Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah; 
2.      Membenarkan dengan yakin akan keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadat segenap makhluk-Nya;
3.      Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari segala sifat kekurangan dan suci pula dari menyerupai segala yang baharu (makhluk).
Demikianlah pengertian iman akan Allah, yang masing-masing diuraikan dalam pasal-pasal yang akan datang.

Perlu dijelaskan lebih dahulu, bahwa membenarkan dalam pengertian iman seperti yang tersebut di atas, ialah suatu pengakuan yang didasarkan kepada makrifat. Karena itu perlulah kiranya diketahui dahulu akan arti dan kedudukan makrifat itu.
Makrifat ialah: "Mengenal Allah Tuhan seru sekalian alam" untuk mengenal Allah, ialah dengan memperhatikan segala makhluk-Nya dan memperhatikan segala jenis kejadian dalam alam ini. Sesungguhnya segala yang diciptakan Allah, semuanya menunjukkan akan "adanya Allah". memakrifati Allah, maka Dia telah menganugerahkan akal dan pikiran. Akal dan pikiran itu adalah alat yang penting untuk memakrifati Allah, Zat yang Maha Suci, Zat yang tiada bersekutu dan tiada yang serupa. Dengan memakrifati-Nya tumbuhlah keimanan dan keislaman. Makrifat itulah menumbuhkan cinta, takut dan harap. Menumbuhkan khudu' dan khusyuk didalam jiwa manusia. Karena itulah makrifat dijadikan sebagai pangkal kewajiban seperti yang ditetapkan oleh para ahli ilmu Agama. Semuanya menetapkan:"Awwaluddini, ma'rifatullah permulaan agama, ialah mengenal Allah". Dari kesimpulan inilah pengarang az-Zubad merangkumkan syairnya yang berbunyi:

Permulaan kewajiban manusia, ialah mengenal akan Allah dengan keyakinan yang teguh.
Dalam pada itu, harus pula diketahui, bahwa makrifat yang diwajibkan itu, ialah mengenali sifat-sifat-Nya dan nama-nama-Nya yang dikenal dengan al-Asmaul Husna (nama-nama yang indah lagi baik). Adapun mengetahui hakikat Zat-Nya, tidak dibenarkan, sebab akal pikiran tidak mampu mengetahui Zat Tuhan. Abul Baqa al-'Ukbary dalam Kulliyiat-nya menulis: "ada dua martabat Islam: (l) di bawah iman, yaitu mengaku (mengikrarkan) dengan lisan, walaupun hati tidak mengakuinya; dan (2) di atas iman, yaitu mengaku dengan lidah mempercayai dengan hati, dan mengerjakan dengan anggota".
Sebagian besar ulama Hanafiyah dan ahli hadits menetapkan bahwa iman dan Islam hanya satu. Akan tetapi Abul Hasan al-Asy'ari mengatakan: Iman dan Islam itu berlainan".
Abu Manshur al-Maturidi berpendapat, bahwa: "Islam itu mengetahui dengan yakin akan adanya Allah, dengan tidak meng-kaifiyat-kan-Nya dengan sesuatu kaifiyat, dengan tidak menyerupakan-Nya dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya. Tempatnya yang tersebut ini, ialah dalam hati. Iman ialah mempercayai (mengetahui) akan ketuhanan-Nya dan tempatnya ialah di dalam dada (hati). Makrifat ialah mengetahui Allah dan akan segala sifat-Nya. Tempatnya ialah di dalam lubuk hati (fuad). Tauhid ialah mengetahui (meyakini) Allah dengan keesaan-Nya. Tempatnya ialah di dalam lubuk hati dan itulah yang dinamakan rahasia (sir).
Inilah empat ikatan, yakni: lslam, iman, makrifat, dan tauhid yang bukan satu dan bukan pula berlainan. Apabila keempat-empatnya bersatu, maka tegaklah Agama.

3. Cara Mengakui Ada-Nya Allah 
Mengakui ada-Nya Allah, ialah: "Mengakui bahwa alam ini mempunyai Tuhan yang wajib wujud (ada-Nya), yang qadim azali, yang baqi (kekal), yang tidak serupa dengan segala yang baharu. Dialah yang menjadikan alam semesta dan tidaklah sekali-kali alam ini terjadi dengan sendirinya tanpa diciptakan oleh yang wajib wujud-Nya itu".
Demikianlah ringkasan cara mengetahui akan ada-Nya Allah, Sang Maha Pencipta dan Maha Pengendali alam yang sangat luas dan beraneka ragam ini.

4. Cara Menetapkan Ada-Nya Allah 
Agama Islam menetapkan ada-Nya Tuhan (Wujudullah) dengan alasan yang jitu dan tepat, yang tidak dapat dibantah dan disanggah; karena alasan yang dikemukakan oleh Agama Islam (al-Qur'an) adalah nyata, logis (manthiqy) dan ilmiah.
Dalailul Wujud atau Dalailut Tauhid ini dibahas dalam kitab-kitab ilmu kalam, karenanya baiklah kita tinjau lebih dahulu keadaan perkembangan ilmu kalam itu.

4.1. Aliran Kitab Tauhid
Untuk menjelaskan dalil-dalil yang diperlukan dalam menetapkan dasar-dasar aqidah, para ulama tauhid (ulama kalam), dari abad ke abad terus-menerus menyusun berbagai rupa kitab tauhid dan kitab kalam.
Dalam garis besarnya kitab-kitab tersebut terbagi atas tiga aliran:
(1) Aliran Salafi atau Ahlun Nash. Di antara pemukanya ialah Imam Ahmad Ibn Hanbal.
(2) Aliran Ahlul I'tizal (Mu'tazilah) yang dipelopori oleh Washil ibn 'Atha'.
(3) Aliran Asy'ari, yang dipelopori oleh Abul Hasan al-Asy'ari. jejaknya berturut-turut diikuti oleh Abu Bakar al-Baqillani, al-Juani, al-Ghazali, Ibnul Kathib, al-Baidawi dan ulama-ulama lain seperti ath- Thusi, at-Taftazani dan al-Ijzi.
Di samping itu ada pula aliran Maturidi, yang dipelopori oleh Abu Manshur al-Maturidi.
Cuma yang disayangkan ialah kebanyakan kitab-kitab yang disusun belakangan, tidak berdasarkan Salafi dan tidak pula berdasarkan nadhar yang benar. Setengahnya ada yang mendasarkan kepercayaan kepada dalil-dalil yang dapat dibantah oleh para filosof dan tidak dapat dipertahankan.2

4.2. Pengertian Ilmu Tauhid
Ada beberapa ta'rif ilmu tauhid yang diberikan oleh para ulama. Di bawah ini disebutkan beberapa diantaranya yang dipandang tepat dengan yang dimaksud.
Pertama: Ilmu tauhid, ialah "ilmu yang membahas dan melengkapkan segala hujjah, terhadap keimanan, berdasarkan dalil-dalil akal serta menolak dan menangkis segala paham ahli bid'ah yang keliru, yang menyimpang dari jalan yang lurus".
Kedua: Ilmu tauhid, ialah ilmu yang di dalamnya dibahas:
[1] Tentang wujud Allah, sifat-sifat-Nya yang wajib di-itsbat-kan bagi-Nya, sifat-sifat yang harus (mumkin)bagi-Nya dan sifat-sifat yang wajib ditolak daripada-Nya.
[2] Tentang kerasulan rasul-rasul untuk membuktikan dan menetapkan kerasulannya; tentang sifat-sifat yang wajib baginya; sifat-sifat yang mumkin dan tentang sifat-sifat yang mustahil baginya.
Ta'rif pertama, memasukkan segala soal keimanan, baik mengenai ketuhanan, kerasulan, maupun mengenai soal-soal gaib yang lain, seperti soal malaikat dan akhirat. Tegasnya, melengkapi Ilahiyat, (soal-soal ketuhanan), nubuwwat (kenabian, kitab, malaikat) dan Sam'iyat (soal-soal keakhiratan, alam gaib). Ta'rif yang kedua mengkhususkan ilmu tauhid dengan soal yang mengenai ketuhanan dan kerasulan saja.
Dengan berpegang pada ta'rif yang pertama, maka sebahagian ulama tauhid membahas soal-soal malaikat, soal-soal kitab, soal-soal kadar, soal-soal akhirat, dan lain-lain yang berhubungan dengan soal beriman di bagian akhir dari kitab-kitab mereka.
Ulama yang berpegang pada ta'rif yang kedua, hanya membahas soal-soal yang mengenai ketuhanan dan kerasulan saja. Risalah Tauhid Muhammad Abduh yang sangat terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan adalah salah satu dari kitab yang berpegang pada takrif kedua.3

4.3. Perkembangan Ilmu Tauhid Dalam Sejarah Dan Cara Al-Qur'an Membicarakannya 
Ilmu yang membahas dasar-dasar iman kepada Allah dan Rasul, telah sangat tua umumnya. Di setiap umat sejak zaman purba, ada ulamanya yang membahas ilmu ini. Cuma, mereka dahulu tidak mendasarkan penerangan-penerangan yang mereka ajarkan, kepada alasan-alasan akal; bahkan mereka kurang sekali mendasarkan kepercayaan kepada hukum dan karakter alam.
Al-Qur'an yang didatangkan untuk menyempurnakan segala yang masih kurang, segala yang belum sempurna, memakai cara dan sistem berpadanan dengan perkembangan akal dan kemajuan ilmu. Al-Qur'an menerangkan iman dengan mengemukakan dalil serta membantah kepercayaan yang salah dengan memberikan alasan-alasan yang membuktikan kesalahannya. Al-Qur'an menghadapkan pembicaraannya kepada akal serta membangkitkan dari tidurnya dan membangunkan pikiran dengan meminta pula supaya ahli-ahli akal itu memperhatikan keadaan alam. Maka al-Qur'an-lah akal bersaudara kembar dengan iman. 
Memang diakui oleh ulama-ulama Islam, bahwa diantara "ketetapan agama", ada yang tidak dapat diitikadkan (diterima kebenarannya) kalau bukan karena akal menetapkannya, seperti: mengetahui (meyakini) ada-Nya Allah, qudrat-Nya, ilmu-Nya dan seperti membenarkan kerasulan seseorang rasul. Demikian juga mereka bermufakat menetapkan, bahwa mungkin agama mendatangkan sesuatu yang belum dapat dipahami akal. Akan tetapi, mungkin agama mendatangkan yang mustahil pada akal.
Al-Qur'an mensifatkan Tuhan dengan berbagai sifat yang terdapat namanya pada manusia, seperti: qudrat, ikhtiyar, sama', dan bashar. karena al-Qur'an menghargai akal dan membenarkan hukum akal, maka terbukalah pintu nadhar (penyelidikan) yang lebar bagi ahli-ahli akal (ahli-ahli nadhar) itu dalam menetapkan apa yang dimaksud oleh al-Qur'an dengan sifat-sifat itu. Pintu nadhar ini membawa kepada berwujud berbagai rupa paham diantara para ahli akal atau nadhar. Perselisihan yang terjadi karena berlainan nadhar ini, dibenarkan al-Qur'an asal saja tidak sampai kepada meniadakan sifat-sifat Tuhan, seperti yang diperbuat oleh golongan Mu'aththilah dan tidak sampai kepada menserupakan sifat-sifat Tuhan dengan sifat-sifat makhluk, sebagai yang dilakukan oleh golongan Musyabbihah.
Para ulama salah mensifatkan tuhan dengan sifat-sifat yang tuhan sifatkan diri-Nya dengan tidak meniadakan-Nya, tidak menyerupakan-Nya dengan makhluk dan tidak menakwilkannya. Para mutakalimin khalaf mensifatkan Tuhan dengan cara menakwilkan beberapa sifat yang menurut pendapat mereka perlu ditakwilkan. Golongan mutakalimin khalaf membantah ta'thil (meniadakan sifat Tuhan) dan membantahtamsil (menyerupakan sifat Tuhan dengan sifat rnakhluk).
Ringkasnya, para salaf beritikad sepanjang yang dikehendaki oleh lafadh. tetapi dengan mensucikan Allah dari serupa dengan makhluk.

4.4. Kedudukan Nadhar Dalam Islam
Dalam kitab Hawasyil Isyarat disebutkan, bahwa nadhar itu ialah menggunakan akal di sekitar masalah yang dapat dijangkau oleh akal (ma'qulat).
Para filosof bermufakat, bahwa nadhar itu hukum yang digunakan dalam mengetahui dalil. Alasan yang menegaskan bahwa nadhar ini sah dan menghasilkan keyakinan, ialah bahwa dalam alam ini terdapat kebenaran dan kebatalan. Manusia juga terbagi atas dua macam: Ahli hak dan ahli batal. Tidak dapat diketahui mana yang hak dan mana yang batal. kalau bukan dengan nadhar. Dengan demikian maka fungsi nadhar (penelitian) ialah untuk menjelaskan hal-hal yang gaib agar dapat dicerna oleh akal disamping menentukan mana yang benar diantara dua pendapat yang berbeda. Melalui nadhar, manusia bisa sampai pada pengetahuan yang meyakinkan. Untuk mengetahui mana yang hak dan mana yang batal. mana yang kufur dan mana yang iman, demikian pula untuk mengenal Allah dan Rasul-Nya lebih jelas haruslah melalui nadhar. Karena itu, bertaklid buta. Tidak mau lagi melakukan nadhar adalah keliru sesat dan menyesatkan. Dalam al-Qur'an cukup banyak dijumpai ayat-ayat yang memerintahkan untuk melakukan nadhar. Diantara-nya ialah:
Katakanlah ya Muhammad: "Lihatlah apa yang di langit dan di bumi; dan tidak berguna tanda-tanda dan peringatan-peringatan kepada kaum yang tidak beriman". (QS. Yunus (l0): 10l).
Mengapakah mereka tidak melihat kepada alam (malakut) langit dan bumi dan kepada apa yang Allah jadikan?. (QS. al-A'raf (7): 185).
Maka ambil ibaratlah wahai ahli akal. (QS. al-Hasyr (59): 2).
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim bumi malakut (langit) dan bumi. (QS. al-An'am (6): 75).
Ayat-ayat tersebut diatas adalah nash yang tegas yang mendorong untuk melakukan nadhar terhadap segala maujud, dan menjadi nash yang tegas pula yang mewajibkan kita memakai qiyas 'aqli atau qiyas manthiqi dan sya'i. Ayat yang terakhir menerangkan, bahwa Allah telah nadhar kepada Ibrahim as.

4.5. Kedudukan Akal Dalam Pandangan Islam 
Dalam kitab Hawasyil-Isyarat diterangkan bahwa akal itu, ialah tenaga jiwa untuk memahami mujarradat(sesuatu yang tidak dapat diraba atau dirasa dengan pancaindera). Kekuatan jiwa yang mempersiapkan untuk memikir (berusaha), dinamai dzihin. Gerakan jiwa untuk memikir sesuatu agar diperoleh apa yang dimaksudkan, dinamai fikir.
Tersebut dalam suatu kitab falsafah: "Akal itu suatu kekuatan untuk mengetahui makna mujarradat, makna yang diperoleh dari menyelidiki dan rupa-rupa benda". memperhatikan rupa-rupa benda". Al-Mawardi dalamA'lamun-Nubuwwah menulis: "Akal itu suatu tenaga yang memberi faedah bagi kita mengetahui segala yang menjadi kepastiannya". Ada pula yang mengatakan: "Akal itu kekuatan yang membedakan yang hak dengan yang batal". 
Al-Mawardi membagi akal kepada: gharizi dan kasbiGharizi adalah pokok akal, sedang kasbi adalah cabang yang tumbuh daripadanya: itulah akal yang dengannya berpaut dan bergantung taklif dan beribadat. Adapun akal kasbi (akal muktasab), ialah akal yang digunakan untuk berijtihad dan menjalankan nadhar. Akal ini tidak dapat terlepas dari akal gharizi, sedang akal gharizi mungkin terlepas dari akal ini.

4.6. Martabat Akal Dalam Memahami Hakikat
Para hukama berpendapat bahwa manusia memahami hakikat dengan jalan: [1] dengan pancaindera, dalam hal ini manusia sama dengan hewan; dan [2] dengan akal (rasio).
Mengetahui sesuatu dengan akal hanya tertentu bagi manusia. Dengan akallah manusia berbeda dari binatang.
Orang yang telah biasa memperhatikan soal-soal yang ma'qulat (yang diperoleh melalui akal) nyata kepadanya kemuliaan dan keutamaan yang diketahuinya itu. Baginya terang pula bahwa yang diketahui melalui indera pemandangan akal sama dengan sesuatu yang masib kabur, dibanding sesuatu yang telah dapat dipastikan baiknya melalui akal. Inilah sebabnya Al-Qur'an dalam seruannya kepada mengakui ada-Nya Allah dari keesaan-Nya, membangkitkan akal dari tidurnya. Seruan yang begini, tidak dilakukan oleh umat-umat yang dahulu. sebagai yang sudah dibayangkan sebelum ini.

4.7. Bukti Kelebihan Dan Keutamaan Akal Atas Pancaindera
Para hukama telah membuktikan, bahwa akal lebih mulia dari pancaindera. Apa yang diperoleh akal lebih kuat dari yang didapati pancaindera.
Alasannya:
[1] Pancaindera hanya dapat merasa, melihat dan membaui.
[2] Akal dapat menjelaskan tentang adanya Zat Tuhan. sifat-sifat-Nya dan berbagai soal yang hanya bisa diperoleh melalui akal, dan berbagai macam pengetahuan hasil nadhar.
[3] Akal dapat sampai pada hakikat, sedang pancaindera hanya memperoleh yang lahir saja, yaitu yang terasa saja.
[4] Akal tidak berkesudahan, sedang pancaindera adalah berkesudaban (hiss).

4.8. Akal Pokok Pengetahuan 
Al-Mawardi berpendapat, bahwa dalil itu, ialah sesuatu yang menyampaikan kepada meyakini mad-lul-nya. Dalil-dalil diyakini dengan jalan akal dan mad-lul-nya diyakini dengan jalan dalil. Tegasnya, akal itu menyampaikan kepada dalil; dia sendiri bukan dalil. Karena akal itu pokok segala yang diyakini, baik dalil maupun madlul. Mengingat hal ini dapatlah dikatakan, akal adalah pokok pengetahuan (al-'aqlu ummul 'ulum). Ilmu yang diperoleh daripadanya ialah pembeda kebenaran dari kebatalan; yang shahih yang fasid;yang mumkin dari yang mustahil.
Ilmu-ilmu yang diperoleh melalui akal, ada dua macam: Idthirari dan Iktisabi.
1. Ilmu Idthirari, ialah ilmu yang diperoleh dengan mudah, tidak perlu melakukan nadhar yang mendalam. Ilmu ini terbagi dua: [1] yang terang dirasakan; dan [2] berita-berita mutawatir.
Ilmu yang dirasakan atau yang diperoleh dengan hiss, datang sesudah akal, dan ilmu khabar mendahului akal.
Ilmu Idthirari ini, tidak memerlukan nadhar dan istidal; karena mudah diketahui. Khawwash dan 'awwam dapat mengetahuinya, ilmu yang diperoleh dengan jalan ini, tidak ada yang mengingkarinya.
2. Ilmu Iktisabi, ialah ilmu yang diperoleh dengan jalan nadhar dan istidal. Dia tidak mudah diperoleh. Ilmu inilah yang memerlukan dalil atau dimintakan dalilnya.
Ilmu Iktisabi ini terbagi dua juga:
-       yang ditetapkan oleh akal (berdasarkan ketetapan-ketetapan akal).
-       yang ditetapkan oleh hukum-hukum pendengaran (yang diterima dari syara').
Hukum-hukum yang ditetapkan berdasarkan akal terbagi dua pertama, yang diketahui karena mengambil dalil dengan tidak berhajat kepada dalil akal (nadhar); kedua, yang diketahui karena mengambil dalil dengan dalil-dalil akal.
Yang diketahui dengan tidak perlu kepada dalil akal (nadhar) ialah yang tidak boleh ada lawannya, seperti keesaan Allah. Dengan sendirinya akal dengan mudah mengetahui keesaan Tuhan itu. Yang diketahui dengan memerlukan dalil akal, ialah: yang boleh ada lawannya, seperti seseorang nabi mendakwakan kenabiannya. Ringkasnya mengetahui atau meyakini keesaan Allah tidak memerlukan akan akal; sebab dengan mudah akal dapat mengetahuinya. Adapun meyakini kerasulan seseorang rasul, memerlukan dalil akal.
Ketetapan-ketetapan yang berdasarkan hukum pendengaran, diterima dari Shahibisy Syari'ah, sedang akal disyaratkan dalam melazimi ketetapan-ketetapan itu, walaupun pendengaran tidak disyaratkan dalam soal-soal yang ditetapkan akal semata-mata.
Hukum-hukum yang ditetapkan oleh pendengaran ada dua macam: yakni: Ta'abbud dan IndzarTa'abbudmencakup larangan dan suruhan. Indzar, mencakup wa'ad dan wa'id.

4.9. Jalan Mengetahui ada-Nya Allah
Abu Haiyan mengatakan: Mengetahui ada-Nya Allah adalah daruri, jika ditinjau dari sudut akal, dan nadaridari sudut hiss pancaindera.
Ilmu adakala dituntut melalui akal, dalam soal-soal yang dapat dipikirkan (ma'qulat), adakala dituntut dengan hiss (pancaindera) dalam soal-soal yang dirasakan. Seseorang manusia bisa memikir, bahwa mengetahui ada-Nya Allah adalah suatu iktisab (hal yang diperoleh dengan jalan istidlal): karena hiss itu mencari-cari dan membolak-balikkan masalah dengan pertolongan akal. Dia dapat pula memikiri, bahwa mengetahui ada-Nya Allah, daruri; karena akal yang sejahtera menggerakkan manusia kepada mengakui ada-Nya Allah dan menyalahkan akal mengingkari-Nya.
Al-Farabi dalam al-Fushush (fash yang empat belas, menulis: "Anda dapat memperhatikan alam makhluk, kalau anda lihat tanda-tanda pembuatan. Tetapi juga anda dapat meninjau alam mahad (alam yang terlepas dari kebendaan), lalu anda yakini, bahwa tidak boleh tidak ada-Nya Zat. Dan dapat pula anda mengetahui betapa seharusnya sifat-sifat yang ada pada Zat itu. Kalau anda memandang alam maddah,berarti anda naik dan kalau anda memperhatikan alam mahad, berarti anda turun".