Translate

Friday, December 28, 2012

KETRAMPILAN BERBAHASA


KETRAMPILAN BERBAHASA


A.               KETRAMPILAN MENYIMAK
                 Ketrampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh anak
      manusia  bila dilihat dari proses pemerolehan bahas. Sebelum anak dapat berbicara , membaca,
      apalagi menulis , kegiatan menyimaklah yang pertama dilakukan dan berakhir pada kegiatan
      menulis.
                 Kata menyimak dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna mendengar , dan mendengarkan. Oleh karena itu ketiga istilah itu sering menimbulkan kekacauan pemahaman.
agar dapat diperoleh kesamaan konsep atau pengertian tentang ketiga konsep atau pengertian
tentang ketiga istilah tersebut akan diuraikan satu demi satu.
                 Mendengar merupakan salah satu kegiatan menangkap suara, atau bunyi tanpa
direncanakan oleh yang melakukan kegiatan tersebut. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono,1989), pendapat (Akhadiah1991/1992) dan pendapat (Tarigan 1990) dapat diartikan kegiatan mendengar itu mengandung faktor ketidaksengajaan. Suara yang didengar bisa
 berupa apa saja misal : suara deru mobil,bom, ban meletus dan sebagainya suara itu ada yang mempunyai arti ada yang tidak mempunyai arti. Mempunyai artipun belum tentu dipahami
atau dimengerti.
                 Mendaengarkan mempunyai unsur mendengar, karena itu orang mendengarkan menggunakan alat yang sama dengan mend engarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh(Moeliono,1989). Perbedaannya terdapat pada tingkat kesadaran seseorang
 melakukan kegiatan atau perbuatan tersebut. Mendengarkan  dilakukan dengan sengaja (Akhadiah1991/1992).
                 Menyimak memiliki makna yang lebih spesifik lagi bila di bandingkan dengan
merndengar dan mendengarkan. Mendengarkan dan menyimak memiliki kaitan makna dan sifatnya hierarkis. Kesamaannya terdapat pada alat yang digunakan sama yaitu indra pendengaran, sedang sasarannya  dapat sama yaitu bunyi bahasa.perbedaannya terletak pada (1) ada tidaknya unsur kesengajaan (2) ada tidaknya usaha untuk memahami atau menikmati, dan (3) menyimak telah
mengandung unsur mendengar dan mendengarkan bukan sebaliknya
B.   Menyimak Berita,Petunjuk, Dialog, Iklan dan Pidato
1. Menyimak berita  :   
    Mendengarkan berita yang dibacakan teman kita mendengarkan dengan seksama dan
    sebelumnya belum membaca berita tersebut setelah selesai dibacakan teman kita dapat
    menceritakan kembali maupun meringkas isi berita tersebut.

2. Menyimak Dialog :
    Menyimak dialog hampir sama dengan menyimak berita, kalau menyimak dialog 
    Adalah mendengarkan orang yang sedang berwawancara ataupun sedang bercakap – cakap
          kita juga belum mengetahui isi dari yang dipercakapkan, setelah selesai percakapan kita
          dapat menceritakan ataupun meringkas isi percakapan tadi.

3. Menyimak Iklan :
    Menyimak iklan pada hakekatnya sama dengan menyimak berita dan menyimak dialog.
    Menyimak iklan diharapkan bisa meningkatkan ketrampilan berbicara dan pemahaman
    struktur diharapkan bisa mengutarakan isi iklan, kejanggalan atau ketidaktepatan bahasa
    iklan tersebut.

4. Menyimak Petunjuk :
    Petunjuk biasanya berisi tentang prosedur atau cara melakukan sesuatu. Apabila petunjuk itu 
    dipatuhi hasilnya dapat seperti yang diharapkan.

5. Menyimak Pidato :
    Kegiatan pidato biasanya dijumpai dalam pertemuan resmi atau upacara.
    Yang menyampaikan biasanya : kepala Negara, menteri, gubenur, bupati ddan lain-lain.

B. KETRAMPILAN BERBICARA
1. Hakikat Berbicara :
    Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati )
    seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut
    dapat dipahami orang lain (Depdikbud,1984/1985:7)
    kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan,
    swasta ,maupun pendidikan.

2. Perbedaan Ragam Lisan dan Ragam Tulis :
    Bahasa ragam lisan agak berbeda dengan ragam tulis., Ragam lisan atau ragam ujaran
    dimiliki oleh masyarakat bahasa, sedangkan ragam tulis yang lahir kemudian tidak mesti
     dimiliki masyarakat bahasa.Perbedaan ragam lisan dan ragam tulis ada dua macam. Pertama
     berhubungan dengan peristiwanya. Jika digunakan ragam tulis partisipan tidak saling
     berhadapan. Akibatnya bahasa yang digunakan harus lebih terang dan lebih jelas sebab
     berbagai sarana pendukung yang digungkan dalam bahasa lisan seperti isyarat , pandangan
     dan anggukan, tidak dapat digunakan. Maka dari itu ragam tulis lebih cermat.
                     Hal kebua yang membedakan ragam lisan dan tulis berkaitan dengan tinggi
     rendah, panjang pendek, dan intonasi kalimat. Semua itu tidak terlambang  dalam tata tulis
     maupun ejaan. Lain halnya dengan ragam lisan , penutur dapat memberikan tekanan atau
     memberikan jeda pada bagian tertentu agar maksud ujarannya dapat dipahami.

3Hubungan Berbicara dengan Ketrampilan Bahasa yang lain.
  Berbicara sebagai ketrampilan berbahasa berhubungan dengan ketrampilan berbahasa lain.
  Kemampuan berbicara berkembang pada kehidupan anak apabila didahului oleh
  ketrampilan menyimak.Ketrampilan  berbicara memanfaatkan  kosakata yang pada 
  umumnya diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Ketrampilan berbicara
 sering  dibantu dengan ketrampilan  menulis, baik dalam bentuk pembuatan
  out line maupun naska.      
                  Secara garis besar  hubungan itu dapat dikemukan berikut ini :
1.      Berbicara dan menyimak merupakan ketrampilan berbahasa yang bersifat langsung.
2.      Berbicara dipelajari melalui ketrampilan  menyimak.
3.      Peningkatan ketrampilan menyimak akan meningkatkan ketrampilan berbicara.
4.      Bunyi dan suara merupakan factor penting dalam ketrampilan  berbicara dan menyimak
5.      berbicara diperoleh sebelum pemerolehan ketrampilan membaca.
6.      Pembelajaran ketrampilan membaca pada tingkat lanjut akan membantu ketrampilan
Berbicara.
7.      Ketrampilan berbicara diperoleh sebelum pembelajaran ketrampilan menulis.
8.      Berbicara cenderung kurang terstruktur dibandingkan dengan menulis.
9.      Pembuatan catatan , bagan, dan sejenisnya dapat membantu ketrampilan berbicara
10.        Performansi menulis dan berbicara berbeda, meskipun keduanya sama-sama bersifat
         Produktif.

4.      Bentuk- bentuk Berbicara
Wilayah berbicara biasanya dibagi menjadi dua bidang, yaitu (1) berbicara terapan,
(2) pengetahuan dasar berbicara. Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan ilmu. Seni
Menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat dan yang menjadi
Perhatiannya antara lain :
1.      berbicara di muka umum
2.      diskusi kelompok
3.      debat, sedangkan berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan 
(1)          mekanisme berbicara dan mendengar
(2)          latihan dasar tentang ujaran suara
(3)      bunyi-bunyi bahasa, dan
                     (4)      patologi ujaran.
    Selain itu berbicara dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek antara :
(1)   arah pembicaraan, (2) tujuan pembicaraan dan (3) suasana.

4.      Pengajaran Berbicara
                     Dalam praktik biasanya, pembelajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh
   Murid berdiri di depan kelas untuk berbicara misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang
   lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu, sehingga pengajaran berbicara itu
   menarik.
                    Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan pembelajaran berbicara
   sebaiknya  pembelajaran berbicara mempunyai aspek komunikasi dua arah dan fungsional.
   Tugas guru adalah mengambangkan pembelajaran berbicara menjadi kelas dinamis, hidup,
    dan diminati oleh anak.
                    Pembicaraan yang baik memberi kesan kepada pendengar  bahwa orang yang
    itu menguasai masalah. Topik pembicaraan  sangat menentukan berhasil tidaknya suata
    kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara acap kali ditopang dengan persiapan tertulis.
                    Pengajaran berbicara perlu memperhatikan dua factor yang mendukung  kea rah
    Tercapainya pembicaraan yang efektif, yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan.

B. Bercerita, Berdialog, Berpidato/Berceramah, Berdiskusi  
  1. Bercerita
      Untuk menjadi pencerita yang baik dibutuhkan persiapan dan latihan.
      Persyaratan yang perlu diperhatikan antara lain (1) penguasaan dan penghayatan ceritera
      (2) penyelarasan dengan kondisi dan situasi (3) pemilihan dan penyusunan kalimat
     (4) pengekpresian yang alami (5) keberanian.
     Nadeak (1987) mengemukakan beberapa petunjuk yang berkaitan aspek lisan dan tulisan.
     Petunjuk tersebut mencakup 18 hal yaitu (1) memilih cerita yang tepat (2) mengetahui
     cerita (3) merasakan cerita (4) menguasdai kerangka cerita (5) menyelaraskan cerita ,
     gaya  yang diperlukan (6) pemilihan pokok cerita yang tepat dan kena.dan sebagainya

    2. Berdialog
                               Berdialog diartikan kegiatan berbicara dua arah. Berbicara, bertanya jawab,
        menanggapi mitra bicara.
                               Dialog ataupercakapan akan berjalan baik , lancer dan mengasyikkan
        manakala partisipan saling memperhatikan
                              Bahasa dalam berdialog biasanya pendek-pendek.. Dalam pengajaran bahasa
        di sekolah , terutama sekolah dasar dialog perlu diberikan agar mereka dapat bergaul di
        tengah masyarakat.

    3. Berpidato/Berceramah
                             Pidato adalah penyampaian uraian secara lisan tentang suatu hal
        di hadapan massa.
                            Pidato dapat dijumpai dalam berbagai pertemuan . Pidato/ceramah
        memiliki  peran yang  sangat penting.

     4. Berdiskusi 
                         Diskusi atau bertukar pikiran merupakan salah satu bentuk berbicara
      dalam kelompok yang banyak digunakan masyarakat. Penerapannya dapat ditemukan
      dalam berbagaikegiatan, misalnya rembug desa, musyawarah, rapat, belajar kelompok,
      diskusi kelompok dan sebagainya.
                        Diskusi adalah proses penglibatan dua atau lebih individu yang berinteraksi
      secara verbal dan tatap muka. Dalam menyampaikan persetujuan maupun penolakan
      terhadap suatu pendapat seharusnya dilandasi alasan yang masuk akal.
                       Diskusi hendaklah didasarkan pada obyektivitas dan kemaslahatan bersama.
     Pengambilan keputusan dilakukan pada saat yang tepat, artinya apabila sudah banyak
     Persamaan pendapat moderator segera mengambil kesimpulan. Keterlambatan dalam 
     menyimpulkan pendapat dapat mengakibatkan diskusi menjadi berlarut-larut.
      

No comments:

Post a Comment